Jan Koum Pendiri WhatsApp Dari Gelandangan Jadi Trilyuner


Tiba-tiba meroket, mungkit kata itu paling pas untuk menggambarkan keadaan WhatsApp, platform social media yang di akusisi oleh raksasa FACEBOOK. Tak tanggung-tanggung nominal akuisisi mencapai Rp.220 trilyun. Apakah yang membuat WhatsApp begitu di inginkan sehingga raksasa FACEBOOK rela merogoh kantong dalam-dalam untuk memiliki aplikasi instant messaging yang sudah memiliki lebih dari 400 juta orang pengguna itu.

Saat ini rata-rata pengguna smarthphone memiliki lebih dari saru aplikasi messaging dalam satu gadget. Dan dari semua itu yang paling fenomenal adalah WhatsApp aplikasi dengan pengguna terbanyak di dunia. Mungkin anda sendiri juga termasuk penggunanya?rata-rata pengguna Smartphone lebih memilih menggunakan WhatsApp, karena lebih personal, dan lebih akrab denga fitur grup chat. Maka Facebook lebih menjatuhkan pilihannya untuk mengakuisisi WhatsApp.

Di balik semua kesuksesan yang telah di raih WhatsApp, tidak banyak yang tahu jika pendiri WhatsApp memiliki kisah pahit manis dalam perjuangannya untuk mendirikan WhatsApp. Dialah Jan Koum, seorang pemuda asal Ukraina yang berasal dari keluarga yang sangat miskin. Pada usia 17 tahun Jan memutuskan untuk pindah ke Amerika, demi mengejar impiannya yang kita kenal sebagai “American Dream”.
Sebaliknya di Amerika hidupnya menjadi sangat sulit, untuk makan sehari-harinyapun Jan hanya mengandalkan subsidi dari pemerintah setempat. Setiap harinya ia harus mengantri bersama warga-warga lain untuk meminta subsidi, agar bisa mendapatkan makanan gratis. Pada saat itu kehidup Jan Koum hanya beratapkan langit dan beralaskan tanah.
Untuk bisa menyambung hidup dan memiliki penghasilan, Jan Koum bekerja sebagai Office Boy di Supermarket. Di tengah-tengah kesulitan yang dialaminya, ibunya tiba-tiba jatuh sakit dan di diagnose kanker. Jan Koum pantang menyerah, sambil mencari penghasilan akhirnya ia memutuskan untuk mengambil kuliah di San Jose University. Ditengah perjalanan ia memutuskan untuk keluar kuliah karena lebih memilih belajar programming, ilmu yang sangat di cintainya, secara otodidak.

Seiring berjalannya waktu kemampuan Jan Koum semakin meningkat. Dengan keahlianya saat itu, Jan Koum yang tidak bermodalkan ijazah nekat melamar kerja  di sebuah perusahaan Internet multinasional yaitu Yahoo. Dan hebatnya ia di terima kerja, Jan Koum akhirnya di posisikan sebagai engineer. Jan bekerja di yahoo selama 10 tahun. Di yahoo Jan semakin berkembang, karena bekerja di bidang yang sesuai dengan fhasionnya. Dan juga ia bertemu dengan kawan yang kelak menjadi partnernya dalam mendirikan WhatsApp, Brian Action.

Pada tahun 2009 Jan Koum dan Brian Action memutuskan untuk mengundurkan diri dari Yahoo, mereka melamar kerja ke perusahaan lain yang kini kita kenal sebagai FACEBOOK. Dengan semangat yang tinggi untuk belajar dan berkembang. Tetapi saying FACEBOOK saat itu menolak lamaran kerja mereka. Boleh jadi sekarang FACEBOOK menyesalinya karena telah menolak lamaran kerja Jan Koum dan Brian Action. Di tolak FACEBOOK tidak membuat mereka patah semangat, justru mereka memutuskan untuk mulai membangun aplikasi yang kini menjadi aplikasi paling fenomena yaitu WhatsApp.
Saat ini WhatsApp menjelma menjadi aplikasi messaging dengan pengguna terbanyak di dunia, bahkan jumlah pengguna tersebut mengalahkan twitter. FACEBOOK pun secara resmi mengakuisisi perusahaan milik Jan Koum dengan bandrol sebesar Rp.220 Trilyun.

Jan Koum yang kini telah meraih suksesnya itu mendatangi tempatnya dulu dimana Jan pernah hidup menjadi gelandangan dulu. Jan kemudian mendatangi lokasi antrian dimana dulu ia menunggu mendapatkan jatah makan gratis dari pemerintah.  Jan merenung, menangis, dan tak pernah menyangka jika saat ini ia telah menjadi seorang Trilyuner.

Jan Koum mengenang ibunya, yang telah meninggal karena kanker. Dulu ibunya menjahit pakaian untuknya karena untuk menghemat uang, Jan Koum teringan kata-kata ibunya saat memberikan baju hasil jahitannya, “Tidak ada uang Nak”.

Kini Jan Koum membuktikan dengan semangat tinggi, pantang menyerah, do’a, mengikuri kata hati, Jan mampu meraih kesuksesan yang tak ternilai harganya. Jan mampu terus berjuang, bahkan dari seorang gelandangan kini menjadi Trilyuner. Tidak ada kata putus asa, pantang menyerah, berani mengikuti kata hati.




0 komentar:

Posting Komentar

Jan Koum Pendiri WhatsApp Dari Gelandangan Jadi Trilyuner